Thursday, May 4, 2017

Sastra - Pengertian, Fungsi, Ragam dan Unsur Sastra

Salam sastra untuk sahabat Sastra Indonesiaku, jaman yang semakin maju tak pernah menyurutkan semangat pemuda pemudi bahkan orang tua untuk menciptakan karya sastra. Seperti tak ada habisnya, karya sastra semakin digemari oleh semua kalangan masyarakat. Lalu, sebenarnya sastra itu apa sih? Sahabat Sastra Indonesiaku ada yang tau? Hmmm... daripada penasaran, kita bahas bersama yuk apa itu sastra.




Pengertian Sastra

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman". Dalam bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan. Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.

Fungsi Sastra

Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Fungsi rekreatif, adalah memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur pembacanya.

2. Fungsi didaktif, adalah mendidik para pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.

3. Fungsi estetis, adalah memberikan rasa keindahan bagi pembacanya karena memiliki bahasa yang indah.

4. Fungsi moralitas, adalah mengandung nilai moral yang tinggi, sehingga pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan moral yang tidak baik.

5. Fungsi religius, artinya mengandung ajaran-ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi pembacanya.

Ragam Sastra

Dilihat dari bentuknya, satra terdiri dari 4 bentuk, yaitu :
1. Prosa
Bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.

2. Puisi
Bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan adat serta indah. Puisi sendiri terdapat 2 jenis, yaitu, puisi lama dan puisi baru. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah-kaidah atau aturan tertentu. Sedangkan puisi baru, puisi bebas yang dalam artian memiliki gaya bebas dalam berbagai unsur – unsurnya serta tidak terikat oleh aturan-aturan.

3. Prosa Liris
Bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi, namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.

4. Drama
Bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan

Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu:
1. Epik
Karangan yang melukiskan sesuatu secara objektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.

2. Lirik
Karangan yang berisi curahan perasaan secara subjektif.

3. Didaktik
Karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah moral, tata krama, masalah agama, dan lain-lain.

4. Dramatik
Karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian (baik atau buruk) dengan pelukisan yang berlebih-lebihan.

Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 (tiga) bagian berikut:
1. Kesusastraan lama
Kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia

2. Kesusastraan Peralihan
Kesusastraan yang hidup pada zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.

3. Kesusastraan Baru
Kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia.


Unsur Sastra

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya, yaitu, unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam  yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrisik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya, menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

1. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang berada di dalam karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik meliputi :
a. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama / pokok pikiran yang menjiwai sebuah karya sastra yang digunakan sebagai dasar penulisan suatu karya sastra.

b. Latar ( seting ) 
Unsur dalam suatu karya sastra yang menunjukkan dimana, bagaimana dan kapan peristiwa dalam cerita itu berlangsung. Latar ada tiga macam :, yaitu :

– Latar tempat / geografis, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tempat kejadian dalam karya tersebut.

– Latar waktu, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kapan terjadinya dalam karya tersebut.

– Latar sosial, yaitu latar yang berhubungan dengan kehidupan kemasyarakatan.

c. Alur ( plot )
Jalan cerita di dalam karya sastra atau unsur yang berwujud jalinan peristiwa, yang memperlihatkan kepaduan ( koherensi ) tertentu yang diwujudkan oleh hubungan sebab akibat, tokoh, tema atau ketiganya.
Alur dibagi menjadi tiga ( 3 ) yaitu :

1. Alur Maju
Adalah suatu peristiwa yang diutarakan dari awal hingga akhir, atau masa kini hingga masa depan.

2. Alur Mundur atau Sorot Balik atau Flash Back
Adalah rangkaian peristiwa yang menjadi penutup atau diutarankan terlebih dahulu atau masa kini, baru menceritakan kenangan masa lalu dari salah satu tokoh.

3. Alur Campuran
Adalah rangkaian peristiwa pokok yang diutarakan. Dalam mengutarakan peristiwa pokok pembaca diajak mengenang masa lampau, kemudian mengenang peristiwa pokok yang sedang dialami tokoh utama.

d. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam karya sastra. Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam cerita.

e. Karakter : perwatakan : sifat-sifat yang diperankan oleh setiap tokoh cerita.

f. Konflik 
Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam cerita. Konflik dibedakan menjadi dua ( 2 ) yaitu :

– Konflik batin : masalah yang timbul pada diri si pelaku.

– Konflik antar pelaku : masalah yang timbul diantara tokoh-tokoh dalam cerita.

g. Sudut pandang 
Posisi pengarang atau penempatan diri pengarang di dalam cerita yang dibuatnya. Sudut pandang ada tiga ( 3 ) yaitu :

– Orang pertama : pengarang berperan sebagai tokoh utama dalam cerita yang dibuatnya. Biasanya menggunakan kata ganti orang pertama ( aku, saya )

– Orang kedua : pengarang terlibat di dalam cerita tetapi bukan sebagai tokoh utama.

– Orang ketiga : pengarang sama sekali tidak terlibat dalam cerita. Biasanya menggunakan kata ganti ( dia, ia ).

h. Gaya bahasa 
Cara yang khas dalam mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui bahasa dalam bentuk lisan atau tulisan.

i. Amanat 
Pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita atau karya yang dibuatnya.


2. Unsur ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi :
 Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
 Latar belakang kehidupan pengarang
– Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

Bagaimana? Kalian sudah paham kan? Dengan belajar Sastra lengkap dengan  pengertian, fungsi, ragam dan unsur sastra, kita akan semakin mudah untuk menciptakan karya sastra yang mampu menginspirasi semua orang. Semoga bermanfaat. Salam literasi.

Wednesday, April 26, 2017

Puisi Modern - Ciri-ciri, Jenis Beserta Contohnya

Hay, sobat Sastra Indonesiaku, sebelumnya kita sudah membahas tentang Puisi Lama. nah, disini kita akan membahas puisi modern. Sebelum kita menuju pembahasan, kita ulas lagi nih sedikit tentang perbedaan puisi lama dan puisi modern.


Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan yang ada mulai dari rima, ritma jumlah baris dan ditandai dengan bahasa yang padat. Sedangkan puisi modern atau puisi baru adalah Puisi modern merupakan puisi bebas yang dalam artian memiliki gaya bebas dalam berbagai unsur - unsurnya. Tidak ada aturan dalam jumlah baris, rima puisi puin tak lagi menjadi ptokan, puisi modern mewakili kondisi zaman saat ini yang menginginkan fredoom atau kebebasan. 
Baca juga Perbedaan Novel dan Novellet

Jadi sobat, puisi lama dan puisi modern sangat berbeda ya, perbedaannya sangat jelas terlihat dari ciri-cirinya. Ciri-ciri puisi modern atau puisi baru, antara lain :
  • Bentuk puisi baru rapi, serta simetris.
  • Mempunyai sajak akhir (sajaknya teratur).
  • Sebagian besar puisi baru terdiri dari 4 seuntai.
  • Tidak terikat pada sebuah aturan. (Baik dari segi baris, suku kata dan rimanya semuanya bebas).
  • Dibuat atas dasar kemauan sang pengarang puisi (penulis).
  • Tiap barisnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

Adapun jenis-jenis Puisi Modern yang dibedakan menurut isinya, yaitu :

1. Ode
Ode adalah puisi yang mengungkapkan sanjungan atau pujaan kepada orang-orang yang berjasa atau tentang kepahlawanan. Ode ini biasa ditulis dalam nada agung dan tema serius, sehingga karakteristik bahasanya terlihat lebih berbeda daripada puisi-puisi baru jenis lain.
Contoh :
Teratai
Karya : Sanusi  Pane

Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu

Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri Laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia

Teruslah, O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia

Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga Zaman


2. Epigram 
Epigram adalah puisi yang berisi tentang ajaran hidup atau tuntunan ke arah kebenaran. Dilihat dari strukturnya, epigram termasuk dalam kategori puisi yang ditulis dalam bentuk sederhana, singkat, lansung tertuju pada tujuan, serta menggunakan kosakata yang berlebihan. Kata “epigram” berasal dari bahasa Yunani, epigramma yang berarti pedoman, teladan, nasihat, atau ajakan untuk melakukan hal-hal yang benar. 
Contoh :
Arti Hidup 

Hidup adalah perjuangan
Berani menghadapi tantangan
Hadup adalah perjuangan
Bertahan dikala datang cobaan
Hidup adalah perjuangan
Maka berjuanglahh untuk hidup


3. Remance 
Romance adalah puisi yang berisi tentang kisah-kisah percintaan, romance pada umumnya lahir dari pengalaman pengarang tentang kisah percintaan yang pernah dialaminya.
Contoh :

Mencintaimu
Mungkin aku bukanlah cinta yang paling sempurna
Hanya sebatas hati yang ingin mencurahkan rasa padamu
Karena mencintaimu adalah keindahan dilangit hatiku
Dan, mencintaimu adalah kesempurnaan kebahagiaan hatiku.

Aku mencintaimu
Seperti bunga mencintai keharumannya
Seperti hujan mencintai tetes airnya
Seperti bulan mencintai malamnya
Seperti matahari yang mencintai cahayanya
Jantung ini tidak akan berdetak selamanya
Tapi jika Tuhan mengijinkan 
Selama jantungku berdetak 
Ijinkan mencintaimu dalam ketulusan 

Aku mencintaimu
Bukan karena aku inin memiliki apa yang ada di dalam dirimu
Hanya ingin melihatmu tersenyum
Melukis rasa bahagia di  setiap titian hidupmu

Aku mencintaimu
Bukan karena aku kagum pada dirimu
Hanya ini membuatmu sempurna
Meski aku tak pernah bisa sempurna 

Aku mencintaimu
Bukan kemarin atau saat ini
Tapi percayalah, 
Kemarin, kini, dan nanti
Adalah saat-saat di mana aku kan terus mencintaimu.
(ditulis penyair tanpa nama)

4. Elegi
Elegi adalah puisi baru yang berisi tentang ratap tangis atau kesedihan. Objek yang digambarkan di salam elegi biasanya berupa pengalaman-pengalaman pahit atas hal yang pernah dialami, atau bisa juga berupa penyesalan atau sesuatu yang pernah dilakukan di masa lalu.
Contoh:

Dalam rintihan hati
Aku selalu menyebut nama-Mu
Renungi dosa yang tak terampuni
Khilaf-khilaf kian perih
Sembahyangku bersujud kepada-Mu
Merangkai doa yang kian banyak
Menepis rasa sesal di hati
Oh Tuhan...
Hanya kepada-Mu aku memohon
Ampunilah dosa dan lhilafku
(ditulis oleh Dhea Permata Resky dengan judul “Doa dan Khilaf)

5. Satire
Satire adalah puisi baru yang berisi sindiran atau kritik kepada penguasa atau orang yang memiliki kedudukan (jabatan). Satire berasal dari bahasa Latin, satura yang berarti sindiran atau kecaman. Tokoh sastrawan yang sering menulis satire adalah W.S. Rendra.
Contoh:

Aku bertanya...
Tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Membentur jidat penyair-penyair salon,
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
Sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
Termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian
(W.S. Rendra dengan judul “Aku Bertanya)

6. Himne 
Himne adalah puisi yang berisi pujian-pujian untuk Tuhan atau pujian-pujian untuk tanah air tercinta serta pahlawan yang telah ikut berjuang membela kemerdekaan. Kata “himne” berasal dari bahasa Yunani, hymnos yang berarti pujian atau pujaan.
Contoh :

Aku kecil namun aku tak bisa dianggap kecil
Aku lemah namun aku tak bisa menyerah
Selama nyawa masih melekat di dalam raga
Dan suara detak jantung msih terasa
Ku akan terus berlari mengejar sang surya
Walaupun aku miskin bukan berarti aku tak punya 
Dengan semangat empat lima
Dengan suara lantang mendeka
Ku terus kobarkan sang saka
Demi bangsaku tercinta
(ditulis oleh Fia Afridah dengan judul “Bangsaku”)

7. Balada
Balada adalah puisi yang menceritakan tentang kisah dari sebuah karangan pribadi, mitos, atau legenda yang diyakini kebenarannya di masyarakat. Balada terkadang ditulis menyerupai dialog oleh pengarang dengan tujuan untuk menghidupkan cerita yang ada di dalamnya. 
Contoh:

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya dipucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepun hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah dibahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan metiku jauh orang pap
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa
Anak parah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang
Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Bedah perutnya tapi maish setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menunggung kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam 
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak ansoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah.
Joko Pandan mengak, menjilat darah di pedang 
Ia telah terbunuh bapaknya.
(ditulis oleh W.S. Rendra dengan judul “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo)

Demikian ulasan tentang Puisi Modern yang dapat saya jelaskan. Tidak mudah memang untuk menciptakan sebuah puisi, akan tetapi dengan usaha dan niat yang baik, tentu saja semuanya akan terasa lebih mudah. Semoga bermanfaat dan selamat berkarya :)